Hari berlalu terlalu cepat. Waktu
berputar tanpa kenal kembali. Kalau saja setiap kejadian mengenal kata
seandainya. Seandainya hari itu tidak pernah terjadi. Seandainya waktu tak
membawaku mengenalmu. Dan seandainya hati tak pernah jatuh kepadamu. Mungkin
senyum itu tetap terlukis di bibirku. Mungkin tawa itu tetap terhias di
wajahku. Bukan tangis dan air mata yang mengisi sela sepiku.
Aku mengutuk kebodohan diriku
berulang kali. Menjatuhkan hati pada seseorang yang terlalu senang
mempermainkan hati. Aku berkali-kali menyesali kebodohanku. Menyia-nyiakan
waktu hanya untuk seseorang yang semu. Jika setiap kejadian mengenal kata
seandainya. Seandainya hari itu aku tak pernah mengenalmu.
Aku pernah bertanya pada waktu, apa
tujuan mengirimkan dia dalam cerita hidupku? Di hari lalu, aku bertemu dia.
Sosok yang kala itu menjadi sumber kekuatan. Kini menjadi sosok yang kian
melemahkan.
Kau dan aku memang tak ditakdirkan
berjalan pada garis yang sama. Kamu yang terlalu senang mengacuhkan dan aku
yang bersusah payah bertahan. Kamu yang terlalu senang menyalahkan dan aku yang
terlalu lelah untuk pembelaan.
Hari-hari lalu selalu terisi dengan
candamu. Tak henti-hentinya senyuman menghiasi wajahku. Tak peduli seberat
apapun hari yang kulalui, kamu selalu ada di sisi menemani. Kini segalanya
berganti. Seakan waktu yang diberikan untuk bersamamu sudah habis. Tak ada lagi
tawa yang menghiasi hari, kini berganti dengan pertengkaran yang tiada henti. Aku
yang gagal mengerti kamu dan kamu yang terlalu mudah untuk menjauh.
Rasanya percuma, menggapai seseorang
yang bahkan sekuat tenaga ia berusaha mendorongku untuk menjauh. Rasanya
sia-sia, menatap seseorang yang bahkan tatapannya tidak pernah mengarah kepadaku.
Kalau saja setiap kejadian mengenal kata seandainya. Seandainya hati tak pernah
jatuh kepadamu.
Lelahku akhirnya menemui ujungnya. Luka
yang kau tanam kini kian menimbulkan perih. Aku berhenti. Tidak lagi berusaha
peduli padamu. Tidak lagi berusaha menjadi ada dihadapanmu. Mencoba menguatkan
hati untuk dapat kembali pulih. Mencoba kembali berdiri dan melangkah pergi.
Karena kini aku menyadari, cinta tidak pernah cukup untuk kamu yang tak pandai
menghargai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar