Selasa, 30 April 2019

Bagaimana Jika Tidak Ada Hari Esok?

Aku tidak mengerti bagaimana konsep hati bekerja. Masih mencintai satu nama yang susah payah ingin kulupa. Meski aku sadar, melupakanmu hanyalah sebuah kesia-siaan. Aku paham, melupakanmu tidak semudah mengucapkan selamat tinggal.

Mencintaimu membawa warna baru dalam hidupku. Membawa rasa baru serta pemanis dalam setiap hari. Meskipun mencintaimu tak lepas dari berbagai emosi bermain di dalamnya. Mencintai sosokmu yang menyebalkan sekaligus menyenangkan dalam satu waktu.

Dalam diamku selalu terputar cerita bersamamu. Tentang bagaimana kita berbagi tawa tentang apa saja. Tentang aku yang selalu ingin mengganggumu di sela waktu luangku. Tentang bagaimana kita berbagi cerita mengenai apa saja, hingga bertengkar untuk sekedar alasan sederhana. Terkadang, kamu begitu menyenangkan. Tak henti-hentinya selalu berhasil membuat senyumku mengembang. Namun di satu waktu, kamu bisa menjadi sosok yang menyebalkan. Tak pernah gagal membuat hatiku terasa pilu.

Aku menyukai setiap waktu bersamamu. Waktu yang tak akan kutukar dengan apapun. Waktu yang merekam dengan sempurna setiap detail raut wajah tenangmu ketika sedang memetik gitar. Lalu, terbesit tanya dalam hati, bagaimana jika tak ada lagi hari esok bersamamu? Tak ada lagi kamu yang kucari dalam senyum dan tangisku. Tak ada lagi kamu yang dalam marahnya masih menyimpan perhatian. Tak ada lagi kamu yang membujukku ketika sedang marah padamu. Tak ada lagi petikan gitarmu yang menenangkan. Tak ada lagi raut wajah kerasmu yang selalu kuperhatikan diam-diam.

Dalam hening aku menyadari, mencintaimu membuatku belajar tentang banyak hal. Tentang bagaimana mengalahkan ego diri sendiri demi mempertahankan senyum dan tawa bersama setiap waktu. Bukan memberi makan ego yang berakhir saling mengabaikan. Mencintaimu membuatku sadar, bahwa bahagia memang tidak harus berjalan di garis yang sama.

Dalam diam, aku masih menitipkan sebuah harap, semoga kamu paham, satu nama sudah memiliki ruang tersendiri dalam hati; itu kamu. Bagaimana jika tidak ada lagi hari esok bersamamu? Aku akan tetap tersenyum mengingatmu sebagai salah satu cerita terbaik dalam perjalanan hidupku. Sebab aku mencintaimu tanpa alasan. Dan menyayangimu tanpa karena. 

Rabu, 17 April 2019

JATUH CINTA KEMBALI



Katanya, setiap orang pasti memiliki fase patah hati terhebat dalam hidupnya. Entah bagaimana ia melaluinya hingga berhasil sembuh dari luka paling hebat di hatinya. Entah bagaimana hingga akhirnya ia mampu kembali berjalan setelah hampir tertatih bahkan tak mampu berdiri. Entah bagaimana hingga akhirnya ia mampu membuka hati dan siap jatuh cinta kembali.

Setiap orang memiliki kisahnya sendiri. Cara ia berdamai dengan hati, keadaan dan kisah di masa lalunya. Setiap orang memiliki kisahnya sendiri, entah itu berakhir bahagia atau berakhir dengan melepaskan. Aku pun memiliki kisahnya tersendiri, ketika bertemu seorang kamu…

Aku tidak pernah menyangka, bahwa kamu lah yang menjadi obat dari luka di hari lalu. Dengan caramu sendiri mampu membuatku kembali berdiri. Menutup satu persatu luka hingga kembali menjadi utuh. Dengan apa adanya kamu mampu membuatku kembali berjalan. Menutup semua cerita lalu meninggalkannya jauh di belakang.

Mengenalmu membuatku kembali merasa hidup. Ketika melihatmu kembali menghadirkan tawa. Ketika bersamamu kembali membuatku memiliki harap. Mengenalmu memberi warna baru dalam hariku. Alasan dibalik setiap senyumku. Alasan dibalik bahagiaku.

Aku tersenyum, tiap kali kamu sedikit demi sedikit mulai membagi duniamu. Mengijinkanku memasuki duniamu yang tak bisa kamu bagi pada semua orang. Mempersilakanku untuk mengetahui sisi lain dirimu yang tak bisa kamu tunjukan pada semua orang. Aku tersenyum, mengingat saat kita saling berbagi mimpi. Saling meyakinkan disaat ragu menghampiri. Saling menguatkan disaat langkah terasa letih.

Aku ingin merekam segala tentangmu dalam ingatan, jika tiba saatnya jalan kita kembali bersimpangan. Aku ingin mengabadikanmu lewat tulisan, agar tentangmu selalu dapat kukenang.

Terima kasih karena kamu membuatku sembuh dari patah. Terima kasih untuk kembali menumbuhkan rasa yang sempat ku kubur dalam-dalam. Terima kasih membuatku kembali percaya bahwa selalu ada pertemuan di setiap perpisahan. Terima kasih telah menyembuhkan luka dan membuatku kembali merasakan cinta.

Kita Yang Tak Sama



Apa yang menyakitkan dalam sebuah hubungan? Iya, jarak. Entah itu ketika jarak dalam arti yang sebenarnya atau bukan. Namun, benar kata orang. Jarak terjauh dalam sebuah hubungan bukanlah jarak perbedaan kota atau Negara, melainkan jarak perbedaan keyakinan dan tempat ibadah. Perbedaan yang tak bisa lagi dilalui, perbedaan yang tak mungkin bisa di tembus. Sebesar apapun harapku, tetap bukan aku yang menjadi jalanmu. Antara aku dan kamu yang tak bisa berjalan kemana-mana meskipun berada dalam rasa yang sama.

Sejak awal, kita hadir dalam sekat masing-masing. Sekat yang berdiri kokoh, sakral, tanpa bisa di bantah. Sekat yang membuat kita tetap berada pada garis batas yang jelas dan lingkaran masing-masing tanpa bisa melewatinya. Sejak awal kita tahu itu.

Kata orang kita berbeda. Kata orang kita tidak sama. Kata orang itu akan percuma. Kata orang kita tidak pantas berdekekatan hingga rasa itu kian tumbuh. Sejak awal, aku menyadari itu. Ketika aku dan kamu hadir dalam rasa yang sama. Ketika aku dan kamu terlahir dalam segala perbedaan. Ketika aku dan kamu tidak akan menjadi utuh. Ketika aku dan kamu jauh dari kata satu.

Mengapa Tuhan hanya mempertemukan tanpa berniat menyatukan? Mengapa dalam urusan hati kita tidak tahu pada siapa akan menjatuhkan hati? Kadang, pertanyaan itu menyelinap di sela usahaku melupakanmu. Aku mencintaimu tanpa rencana. Aku menyayangimu tanpa alasan.

Melalui kamu, Tuhan mengajari arti mencintai. Tidak lagi perihal memiliki, namun keikhlasan saling menemani meski kelak saling melangkah di jalan yang berbeda. Melalui kamu, Tuhan mengajariku tentang cinta, bukan hanya perihal dalam rasa yang sama, namun menemukan dan ditemukan oleh orang yang tepat dan menghentikan pencarian. Melalui kamu, Tuhan membuatku paham bahwa bahagia tidak harus bersama.

Namun, cinta tetaplah cinta meski hadir dalam dua jiwa yang berbeda tempat ibadah. Karena sebaik-baiknya cinta adalah menguatkan meski pada akhirnya harus melepaskan. Pada akhirnya kita akan berjalan pada garis masing-masing. Pada akhirnya kita akan menemukan satu; dia yang akan menetap dan menghentikan pencarian.