Aku pernah
mengenal seseorang, bahkan mungkin sampai sekarang. Seseorang yang kini
setengah mati ingin kubenci, mungkin dengan begitu aku bisa berhenti peduli.
Aku mengenal
seseorang, dia yang menjadi alasan dari senyum dan tawaku serta menjadi alasan
dibalik sedih dan tangisku.
Aku tak
menyangka cerita kita akhirnya menemui ujungnya. Kita yang kini merasa lelah
pada akhirnya memutuskan untuk menyerah. Ternyata saling mencintai saja tidak
cukup, ketika ego selalu tak pernah mau kalah.
Katamu,
pertengkaran adalah cara agar kita dapat saling menguatkan. Meski pada akhirnya
kepergianmu tak lagi dapat terelakan. Katamu, pertengkaran adalah cara agar
kita lebih saling mengenal, namun akhirnya membuat kita kembali menjadi dua orang
asing yang tidak saling mengenal.
Aku rindu hari
lalu, ketika tawa lebih sering hadir setiap hari. Aku rindu hari lalu, ketika
kamu menjadi sumber kekuatanku.
Hari ini, semua
terasa berbeda. Semua terasa asing. Tak ada lagi tegur dan sapa. Saling melambungkan
harap agar salah satu diantara kita tak lagi terlihat mata. Kita kalah dengan
ego masing-masing. Saling menyalahkan disaat seharusnya adalah mencari apa yang
salah. Saling mengacuhkan dengan anggapan dapat menyudahi pertengkaran.
Kita memilih
bisu dan mengabaikan temu. Kita memilih kalah bukan mengalah. Kita memilih
meninggalkan bukan menyelesaikan. Aku yang gagal mengerti kamu dan kamu yang terburu-buru
untuk menjauh. Kita memilih menutup cerita dengan kata menyerah.
Dan
di ujung jalan itu, ada ego yang bersorak sorai merayakan kemenangannya.