Seharusnya
melupakanmu terasa lebih mudah, bukan justru membuat hati terasa luka.
Seharusnya menjauhimu terasa lebih mudah, bukan justru membuat hati terasa
lara. Di hari lalu, kita pernah berbagi canda tawa, tak henti-hentinya
menghiasi wajah dengan senyum masing-masing. Hari ini semua terasa begitu
berbeda, kita yang berusaha menjaga jaga jarak satu sama lain, menutup semua
cerita seakan tidak pernah ada kita. Kita pernah menjadi keduanya; saling
membahagiakan kemudian saling melupakan.
Di hari lalu,
senyum mu selalu menghiasi hariku. Senyum yang selalu hadir di pengujung hari
lelahku. Dalam sedih dan bahagia ku, sosokmu yang selalu kucari sebagai teman
berceritaku. Hari itu, kamu menjadi alasan dibalik senyum dan tawaku. Hari itu,
kamu pernah menjadi alasan terbaikku. Hari ini, kata terkunci dalam kebisuan
masing-masing. Tak ada lagi tegur sapa serta tawa bersama. Kita saling
menjauhi. Membangun sekat demi sekat agar tak lagi berdekat. Lalu aku
menyadari, ada bagian yang terambil saat tidak lagi ada kamu dalam hariku.
Rasanya tak lagi
sama, rasanya sungguh berbeda. Tatap mata yang dulu terasa teduh, kini
berpaling berusaha tak ada lagi temu. Senyum yang dulu sebagai penenangku, kini
berganti raut acuh yang selalu kamu tunjukan. Lalu aku menyadari, ada sesuatu
yang hilang saat tidak lagi ada kamu.
Aku
merindukanmu. Merindukan caramu tersenyum, merindukan caramu bercerita,
merindukan segala tingkahmu untuk membuatku tertawa. Aku merindukanmu.
Merindukan hari yang pernah kita warnai, merindukan waktu yang pernah kita
bagi, merindukan tawa yang hanya tercipta berdua.
Namun, mungkin
lebih baik seperti ini. Terus berjalan saling menjauhi meski hati kian
menjerit. Mungkin sebaiknya begini. Terus menjaga jarak meski langkah
tersendat. Tanpa penjelasan, tanpa alasan, tanpa kata perpisahan dan tanpa
ucapan selamat tinggal, kita menutup cerita tanpa sepatah kata terucap. Memulai
cerita dengan senyuman dan menutup cerita dengan tangisan. Memulai dengan
langkah bersama dan mengakhiri dengan langkah saling melupakan. Meski aku
menyadari, ada bagian yang terambil saat kamu pergi melangkahkan kaki.
Lalu, aku menyadari bahwa aku menyayangimu. Dan di detik ini
aku menyadari, bahwa hatiku tak lagi utuh.