Sabtu, 25 November 2017

Per-jobseeker-an



Jobseeker. Pasti yang baru saja menyandang gelar Freshgraduate atau yang baru saja menyelesaikan pendidikannya familiar dengan kata itu. Atau mungkin malah melabeli dirinya sebagai salah satunya. Sama halnya seperti aku yang melabeli diriku sebagai jobseeker; para pejuang pencari kerja.
Masih berbekas rasanya euforia pada saat selesai sidang skripsi, yudisium dan wisuda. Senyum berkembang terus-menerus, merasa sebagian beban selama masa skripsi dan sidang terangkat sudah. Membayangkan akan segera memasuki dunia kerja. Ngelamar kerja – test kerja – Interview – psikotest – diterima kerja dibidang yang diminati – gajian – bisa ngasih orang tua – bisa beli ini itu sendiri – nabung – lanjut S-2. Itulah bayangan yang terlintas dipikiran sejak setelah hari kelulusan. Dan aku lupa bahwa realita sering berbanding terbalik dengan apa yang menjadi bayangan. Atau mungkin, dalam pikiran kebanyakan orangpun sama, “S-1 gampang cari kerja.” Lagi-lagi mereka lupa bahwa realita tak seindah jalan cerita di FTV. Karena nyatanya segala macam emosi bermain dalam perjalanan mencari kerja. Ah, kalianpun pasti merasakannya, kita sama!

Dalam perjalanan perjobseekeran ini sebagai freshgraduate, sulit rasanya mencari perusahaan yang menerima freshgraduate tanpa pengalaman. Kendala yang pertama dirasa adalah pengalaman kerja yang dikualifikasikan perusahaan minimal 2 tahun. Meskipun ada yang minimal pengalaman 1 tahun, namun merekapun tetap mencari dan mengutamakan pegawai yang sudah berpengalaman. Selain itu, kadang kala yang menjadi kendala selanjutnya adalah kemampuan bahasa inggris yang sangat pas-pasan. Apalagi saat ini banyak perusahaan yang sudah mengharuskan TOEFL sebagai salah satu kualifikasi persyaratannya dan tentunya harus aktif berbahasa inggris baik lisan maupun tulisan. Akhirnya, dari yang awalnya ingin kerja sesuai jurusan akhirnya berpikir realistis dan “kerja apa aja deh yang penting gue bisa dapet kerja.”

Kesempatan. Ada hal di dunia ini yang ga akan bisa terulang, yaitu waktu dan kesempatan. Namun kadang, meski sudah mengetahui konsep ini kita kadang masih saja terkesan melewatkan kesempatan itu, padahal tau itu nggak akan bisa terulang lagi. Misalnya dapat panggilan interview di perusahaan bagus dan dengan posisi yang sesuai keinginan, namun kita kurang mempersiapkan diri dan akhirnya hasil tak sesuai harapan. Padahal, kalau aja kita bisa lebih memanfaatkan waktu dan kesempatan untuk lebih mempersiapkan diri, sekecil apapun kesempatan itu mungkin hasil yang lebih baik masih bisa menjadi peluang. Kadang juga, dapat pekerjaan namun kita merasa kurang sreg, entah dari jobdesknya, suasananya, atau apalah faktor lainnya yang akhirnya kita tidak mengambil pekerjaan itu. Tidak harus disesali memang karena waktu tidak akan bisa berputar balik ke belakang, cukup dijadikan pelajaran dan memperbaiki kesalahan-kesalahan agar bisa menjadi cambuk untuk lebih baik lagi ke depannya.

Setiap orang mempunyai fase kehidupannya masing-masing. Setiap orang juga akan berlomba dengan waktunya masing-masing. Semua mempunyai jalannya sendiri untuk sampai diwaktu yang memang untuknya. Ada yang waktunya cepat, ada juga yang memang memerlukan waktu dan kesabaran sedikit lebih. Bagi yang sudah mendapatkan kerja, bersyukurlah. Jangan sering update status capek karena mengeluh bekerja. Ingat lagi gimana capekmu sebelum kamu mendapatkan pekerjaan itu. Ingat teman-temanmu yang belum menemukan jalan sebaik kamu, yang masih harus berusaha lebih keras untuk ada di posisi itu. Lebih baik capek bekerja daripada capek mencari pekerjaan, iya kan ?

Dan bagi yang belum mendapatkan pekerjaan, tenang, kamu nggak sendirian. Sabar, setiap orang diciptakan dengan waktunya masing-masing dan rezekinya masing-masing dan itu mutlak ketentuan Allah. Akan tiba juga waktumu nanti, asal kita tetap percaya pada rencana-Nya, tidak putus berdoa, mendekatkan diri pada-Nya, lakukan yang orang biasa tidak lakukan misalnya sholat dhuha, tahajud, dan hajat, dan jangan pernah berhenti mencoba. Sambil menunggu panggilan, sebaiknya diisi dengan mempersiapkan diri untuk test-test selanjutnya jika nanti ada panggilan. Mencoba mengingat kembali kesalahan apa yang terjadi saat test sebelumnya yang mungkin membuat kita gagal pada test tersebut dan belajar untuk memperbaikinya. Pelajari kembali materi-materi perkuliahan yang mungkin sempat lupa untuk persiapan saat interview. Atau untuk mengisi waktu sambil menunggu panggilan, jika punya kendala di bahasa inggris, mungkin bisa memanfaatkan waktu dengan mengikuti kursus conversation atau TOEFL. Kita tidak tau doa keberapa yang akan menembus langit, sama halnya kita tidak akan tau usaha keberapa yang akan berhasil, dua-duanya sama; perbanyaklah. Yakin, bahwa rezeki tidak akan pernah tertukar apalagi salah alamat. Yang memang untukmu tidak akan menjadi milik orang lain. Begitupun dengan yang bukan menjadi milikmu, ibarat sudah masuk mulutpun pasti akan termuntahkan lagi. Kita tidak tau rezeki kita ada dimana, namun rezeki tau kita ada dimana. Capek boleh, nyerah jangan. Sedih boleh, berhenti jangan. Bismillah, Allahumma yassir wala tu’assir.