Ada yang hingga
kini tak mampu terucap melalui lisan. Memilih untuk terus bungkam meski pedih
harus dirasakan perlahan. Berusaha tetap menampilkan senyum, ketika tangis siap
pecah kapanpun. Mencintaimu dalam diam, memang tidak pernah semenyenangkan yang
diharapkan.
Bagaimana jika
orang yang menjadi alasanmu bertahan sekaligus orang yang menjadi alasanmu
untuk pergi melangkahkan kaki? Aku tidak pernah menyangka kamu akan menjadi
keduanya, orang yang membuatku tertawa sekaligus yang mampu membuatku meneteskan
air mata.
Sejak awal, aku
berusaha untuk menjadi ada di matamu. Mencoba menjadi pendengar dari
cerita-ceritamu, mencoba menjadi penyemangatmu untuk mewujudkan mimpi dan
langkah-langkahmu, mencoba selalu ada di sisi ketika badai menghantam hari
baikmu, mencoba mengikuti apa maumu.
Hari lalu,
semuanya terasa baik-baik saja. Saat kamu masih menginginkanku ada di sisi,
menemani harimu yang penat, berbagi tawa dan cerita mengenai apapun. Hari lalu,
kamu masih memintaku untuk bertahan ada di sini.
Hari lalu sudah
berlalu. Kamu yang hadir kini seakan bukan lagi kamu di hari lalu, berganti
dengan kamu yang tak segan melakukan hal yang menyakitiku secara perlahan. Tanpa
sebab kamu memintaku untuk tak lagi berada di sisimu. Tanpa alasan kamu
memintaku untuk pergi menjauhimu. Tanpa perasaan kamu membandingkan aku dengan
seseorang yang katamu lebih baik dariku. Tak ada kata lagi yang bisa terucap
dari mulutku. Yang terasa hanya perih di hati yang akan mengiringi ku pergi.
Aku paham, sejak
awal bukan akulah yang menjadi harapmu. Bukan aku yang menjadi inginmu. Dan
bukan aku yang selalu menjadi adamu. Aku terlalu buta hingga tak menyadari kamu
yang sejak awal ingin berlari. Aku terlalu naif, untuk mengakui bahwa cerita
aku dan kamu tidak pernah ada. Aku terlalu bodoh bertahan pada seseorang yang
tak pernah menginginkan hadirku.
Aku menyerah.
Aku berhenti cukup sampai di sini. Tidak akan ada lagi aku yang selalu
mencarimu. Tidak akan ada lagi aku yang mengusik hari-harimu, tidak akan ada
lagi aku yang berusaha ada di matamu. Kututup cerita bersamamu hanya sampai di
sini. Aku pergi, agar kamu tak perlu merasa terganggu.
Dan kini aku pun
sadar, mencintai seorang kamu adalah sebuah kesalahan.