Jumat, 21 Juli 2017

Cinta



Cinta. Mungkin hal yang tidak akan menemukan definisi sesungguhnya. Apa artinya cinta ? Apa yang salah dengan cinta ? Kenapa cinta selalu berkawan dengan perpisahan ?

Aku, wanita yang tidak percaya tentang cinta. Perjalanan percintaan yang selalu menghadirkan kecewa dan sakit hati cukup membuatku jengah berurusan dengan cinta. Namun, siapa yang bisa menghindar ketika lagi-lagi perasaan itu hadir tanpa diminta ? Bahkan meminta menghilangkan perasaan yang sudah terlanjur hadirpun tidak bisa. Kali ini, aku akan menceritakan tentang dia, sosok yang dalam waktu 7 jam mampu menghadirkan perasaan yang amat aku benci.

Dia. Entah siapa nama lengkapnya pun aku tidak tahu. Bodoh bukan, aku bisa jatuh cinta pada orang yang bahkan tidak aku tahu nama lengkapnya. Bahkan terlalu bodoh ketika aku mengucapkan cinta pada lelaki yang baru aku kenal 7 hari. Pertemuanku dengannya tidak disengaja, ia adalah teman kantor sahabatku. Dia sosok yang dewasa, tenang, ramah, lucu. Jujur, aku menyukainya. Menyukainya hanya dalam waktu 7 jam sejak pertama bertemu. Tapi dia ? aku tidak yakin dia akan menyukaiku. Selalu, aku ragu akan hal itu.

Ternyata trauma itu ada. Terlalu sering mengalami kekecewaan dalam cinta justru membuatku takut untuk kembali jatuh cinta. Takut berharap kembali, takut kecewa, takut akan seperti cerita lalu dan aku belum cukup siap untuk itu. Dia orang yang baik, tapi siapa yang bisa menjamin bahwa orang baik tidak akan membuat kecewa ? Jatuh cinta mungkin ibarat berjudi. Menerka akan kalah atau menang. Akan bahagia atau menyakitkan. Dan aku selalu kalah untuk urusan itu. Aku selalu menjadi yang menyakitkan. Aku tidak siap bertaruh lagi setelah aku susah payah untuk kembali berjalan ketika dihancurkan berkali-kali pada cerita lalu. Hati seakan tidak pernah kapok, lagi-lagi harus merasakan perasaan itu, menyukai kemudian berakhir tragis.

Aku sudah tau bagaimana cerita ini akan berakhir. Sama seperti cerita2 sebelumnya yang mengharuskan ku untuk melepaskan, merelakan, mengikhlaskan. Meski sudah merasakan melepas berkali-kali, ternyata tidak lantas membuatku menjadi kebal. Ternyata rasanya masih saja sama, menyakitkan. Dan nyata nya aku harus siap untuk itu. Harus siap melepas dia demi kebaikan hatiku. Aku terlanjur menyukaimu. Namun aku sadar waktu akan kembali menarikmu tanpa mempedulikan aku seperti yang sudah-sudah. Sudahlah, mungkin saat ini memang aku tidak diijinkan untuk mempunyai seseorang untuk berbagi cerita. Mungkin untuk saat ini memang Tuhan ingin menjadikan ku wanita mandiri yang tidak akan menggantungkan kebahagiaannya pada laki-laki manapun. Dan mungkin Tuhan memang ingin menjaga ku dari orang yang salah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar