Jumat, 09 Juli 2021

Mencintaimu Sebuah Kesalahan Yang Kusesali

 

Aku pernah mencintai seseorang sampai hampir hilang setengah waras. Berusaha menjadi ada dan apa saja. Berusaha mengalah meski air mata sering kali berakhir pecah. Berusaha mengabaikan luka yang kian lama kian menganga. Saat itu, tak kuhiraukan sisi diriku yang sudah menjerit kesakitan. Kuabaikan logika yang sudah memintaku menyerah. Merasa tuli ketika orang terdekat memintaku untuk menyudahi.


Selalu kutemukan kata maaf untuknya meski tak pernah ia ucapkan. Selalu kumencari permakluman dari apa yang ia perbuat. Aku menjadi buta. Tak peduli pada diri meski yang kurasakan hanya perih. Apakah ini cinta? Ketika yang kudapatkan hanyalah penghinaan yang tak berakhir. Apakah ini cinta? Ketika yang ia lakukan jauh dari kata menghargai.


Mungkin baginya menyenangkan, dicintai seseorang hingga merasa berhak berbuat sesuka hati. Mungkin baginya aku bagaikan sampah, yang pantas diperlakukan semaunya. Mungkin baginya aku hama yang harus segera dia basmi. Mungkin ia lupa bahwa aku makhluk hidup yang masih memiliki hati, bukan benda mati. Tak bisakah ia menjadi seperti pria sejati? Lebih baik berterus terang tentang apa yang dirasa bukan terus menyiksa dan membuatku menyerah perlahan.


Sampai disatu titik aku tersungkur. Sudah hancur lebur hingga tak lagi mampu berdiri. Kuperhatikan diri, sudah berapa lama tak pernah kupeduli? Hingga luka disana sini yang entah dengan cara apa aku mengobati. Saat itu akhirnya tersadar, cinta yang kupunya tak pernah memiliki makna untuknya.


Aku berhenti. Memilih untuk memperhatikan diri yang telah lama dibiarkan tersakiti. Mengobati luka dan menyatukan kembali kepingan hati yang ia patahkan. Mengingat betapa kejam perlakuannya, membuatku melambungkan harap agar ia tak merasa baik-baik saja. Agar kelak semoga waktu membalikan apa yang telah ia lakukan kepadaku. Tak ada lagi rasa cinta. Tak ada lagi rasa iba. Tak ada lagi rasa sayang. Semua sudah kubunuh paksa. Yang tersisa hanya perasaan tak terima atas perlakuanmu yang menyakitkan.


Sudahlah. Aku berusaha memaafkanmu. Aku berusaha untuk tak membencimu. Berusaha tak dendam padamu. Aku percaya, semesta akan bekerja dengan caranya. Semoga kamu bahagia dengan apapun yang telah kamu lakukan. Kini aku menyadari, mencintaimu adalah sebuah kesalahan yang paling kusesali.


1 komentar:

  1. Tulisannya dari dulu masih sama. semangat buat penulis! teruslah berkarya, jgn lupa share url web lo ke medsos biar orang2 tau kalau tulisan lo bagus dan bernilai. Semangat Oci...

    BalasHapus