Kata orang,
tulisan bisa lebih jujur dalam bercerita, ketika kata tidak mampu terucap. Kata
orang, tulisan mampu mewakili hati ketika kata yang terucap seakan tidak ada
gunanya. Maka kali ini kupilih
mengabadikanmu dalam tulisan. Lewat susunan kata yang membentuk cerita bukan
perkataan yang berakhir sia-sia.
Aku percaya
konsep waktu. Bahwa dalam hidup waktu selalu menghadirkan orang-orang dengan
tujuannya masing-masing, dengan pelajarannya masing-masing, dan memiliki peran
masing-masing. Dan setiap orang yang
hadir dalam hidup pun memiliki batas waktunya masing-masing.
Begitupun
perihal kamu. Mengenalmu membuatku belajar tentang banyak hal. Tentang mimpi,
harapan, dan kehidupan. Kamu, yang
kupilih sebagai teman berceritaku. Kamu yang selalu berkata salah jka aku memang
salah. Kamu yang selalu menghibur dengan segudang tingkah ajaibmu. Dan kamu
yang selalu kuharapkan ada dalam sekacau apapun hari yang kulalui. Dulu, memang terasa begitu. Ketika dekat
denganmu saja sudah cukup membawa kebahagiaan. Dulu, semua memang begitu.
Ketika tawa tak pernah lepas menghiasi wajahku. Kala itu, kamu menjadi alasan di
balik setiap senyumku. Kala itu, kamu yang menjadi alasan dibalik bertahanku. Kala
itu, harapku sederhana; semoga waktu bisa berputar sedikit lebih lama saat aku
bersamamu. Saat semua belum berubah.
Namun, waktu
berputar terlalu cepat tanpa pernah berkompromi. Hari itu kamu berubah. Hari itu kamu berbeda
dan hari itu kamu menjauh. Hari itu kamu menganggapku tak kasat mata. Dan hari
itu pula aku tak henti-hentinya menyalahkan diri sendiri atas kesalahan yang
kulakukan. Atas luka yang tanpa sengaja telah kutorehkan. Atas luka yang
membuatmu kecewa.
Mungkin darimu,
waktu ingin mengajariku tentang kehidupan. Mengakui setiap kesalahan, menerima
setiap kekalahan. Mungkin darimu, waktu membuatku sadar, bahwa kehilangan
seseorang yang berarti, harus siap pula untuk kehilangan setengah hati.
Kini, kita
kembali menjadi dua orang asing yang seolah tidak saling mengenal. Tidak saling
menyapa. Berusaha melupakan bahwa hari
lalu pernah ada, berusaha menganggap bahwa cerita lalu tidak pernah ada. Tahukah
kamu, melihatmu menjauh adalah siksa bagiku? Tahukah kamu, bagaimana rasanya
mendengar ketika kamu berkata bahwa kita tidak lagi bisa dekat? Bahwa secara
tidak langsung kamu mengisyaratkan untuk kita lebih baik saling menjauh.
Mungkin ini mudah bagimu, namun terasa menyiksa untukku. Jika aku bisa memutar
waktu kembali, aku berharap agar hari itu tidak pernah terjadi. Hari dimana aku
mengenalmu yang pada akhirnya pun memilih untuk berlalu.
Kamu tidak perlu
menjauh. Karena kini, aku sudah tahu bagaimana caranya berjalan mundur.
Ntaps, ditunggu puisi-puisi selanjutnya qaq
BalasHapusokeeey, tunggu yah kisah-kisah oci selanjutnya hihi
HapusSabar ya ci, yang kuat
BalasHapusOci selalu kuat kok
HapusTulisannya bagus kak
BalasHapusmakasih kak :))
Hapus